BANJARMASIN – Jembatan Sei Alalak, yang juga dikenal sebagai Jembatan Basit, merupakan salah satu ikon penting bagi warga Kota Banjarmasin dan sebagian wilayah Handil Bakti, Kabupaten Barito Kuala. Jembatan ini tidak hanya berfungsi sebagai penghubung utama, tetapi juga memiliki makna simbolis dan estetika yang kuat bagi masyarakat setempat.
Jembatan Sei Alalak memiliki desain yang sangat khas dengan struktur melengkung, yang menjadikannya unik dan satu-satunya di Indonesia. Lengkungan pada jembatan ini tidak hanya memberikan nilai estetika yang tinggi, tetapi juga mencerminkan kemajuan teknologi dalam konstruksi jembatan di Indonesia. Desain melengkung ini memungkinkan jembatan untuk menahan beban dengan lebih efektif, memberikan stabilitas yang lebih baik, dan menambah keindahan visual. Inovasi ini membuat Jembatan Sei Alalak tidak hanya fungsional tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi warga dan wisatawan.
Jembatan ini memegang peran vital dalam menghubungkan Kota Banjarmasin dengan Handil Bakti dan Kalteng serta wilayah sekitarnya. Sebagai jalur utama, Jembatan Sei Alalak berkontribusi besar dalam memperlancar arus lalu lintas, yang sebelumnya sering mengalami kemacetan parah. Dengan adanya jembatan ini, akses antara Banjarmasin, Kalteng dan Barito Kuala menjadi lebih cepat dan efisien, mendukung mobilitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
Bagi warga Banjarmasin dan Handil Bakti, Jembatan Sei Alalak lebih dari sekadar infrastruktur; jembatan ini adalah simbol kemajuan daerah. Keberadaannya tidak hanya meningkatkan konektivitas, tetapi juga menambah kebanggaan lokal. Banyak warga yang menjadikan jembatan ini sebagai latar untuk berfoto, terutama karena desainnya yang ikonik dan keindahan pemandangan yang disuguhkan.
Jembatan Sei Alalak atau Jembatan Basit adalah simbol modernitas dan kemajuan bagi masyarakat Banjarmasin dan Barito Kuala. Dengan desain melengkungnya yang unik, jembatan ini tidak hanya memperbaiki konektivitas, tetapi juga menjadi lambang kebanggaan dan identitas bagi warga setempat.(*)