JAKARTA – Emiten produsen dan toko perhiasan emas PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) membeberkan dampak tren pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini yang mencapai Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) terhadap industri emas di dalam negeri.
Direktur Utama HRTA Sandra Sunanto menyampaikan memang saat ini harga emas spot belum menunjukkan kestabilan. Maka demikian, tren pelemahan rupiah itu akan berpengaruh pada penguatan harga emas spot.
“Bagi penjualan emas memang kalau kita lihat di jangka pendek pada waktu harga belum stabil, maka penjualan emas akan terpengaruh oleh tren pelemahan rupiah juga penguatan spot harga emas di market,” kata Sandra saat Public Expose dan Paparan Kinerja Q1 HRTA secara virtual, Rabu (24/4/2024).
Menurutnya, penjualan emas HRTA masih tinggi sesaat sebelum Hari Raya Idul Fitri, di kala harga emas masih cukup tinggi dan tren pelemahan rupiah sudah mulai terjadi. Meskipun Sandra tidak menampik ada sedikit pengaruh dari faktor-faktor tersebut kepada penjualan emas HRTA.
“Kalau kita lihat bahwa sales kita ini menjelang Lebaran, ada sedikit terpengaruh tapi memang puji Tuhan, masih membukukan peningkatan dibandingkan setahun sebelumnya secara gramasi (berate mas),” ujarnya.
Ia kemudian mengakui bahwa tren pelemahan rupiah memberikan dampak pada penjualan emas, namun hanya secara jangka pendek.
“Tapi tetap masyarakat melihat bahwa emas ini tetap menjadi safe haven yang menjanjikan ke depannya. Sehingga memang signifikasi impact-nya tidak terlalu besar,” ucap Sandra.
Lebih lanjut, ia memandang bisnis emas di Indonesia maupun di dunia akan tetap baik dan market emas tetap ada. Terlebih didorong oleh situasi geopolitik yang makin tidak menentu. Seperti, Sandra menyebut konflik Israel dan Iran yang tengah memanas.
Mengacu pada analis Citi, ia menyebut harga emas baik Loco London maupun Spot pada tahun 2024 ini bisa tembus US$3.000 per ons.
Sementara itu, HRTA mencetak laba bersih sebesar Rp305,80 miliar sepanjang tahun 2023, naik 20,62% secara tahunan (yoy) dibandingkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HRTA senilai Rp253,52 miliar pada tahun buku 2022.
Penjualan yang melonjak 85,96% yoy turut berkontribusi pada peningkatan laba tersebut. Adapun penjualan neto HRTA tercatat sebesar Rp12,85 triliun.
Sandra membeberkan bahwa tahun ini pihaknya menargetkan pendapatan naik 48% secara tahunan menjadi Rp18,9 triliun. Sementara laba bersih ditargetkan naik 39,34% yoy menjadi sekitar Rp425 miliar sepanjang tahun ini.
Sumber: cnbc