JAKARTA – Kepala intelijen Rusia mengklaim Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Ukraina berada di balik serangan Moskow. Ini ditegaskan Kepala Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov dalam sebuah wawancara dengan jurnalis pro-Kremlin Pavel Zarubin, dimuat Selasa waktu setempat.
Mengutip CNBC International, AS, Inggris dan Ukraina bertanggung jawab atas serangan itu. Ia mengklaim bahwa serangan “bermanfaat” bagi badan intelijen Barat dan Ukraina untuk mengganggu stabilitas Rusia.
“Kami percaya bahwa tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal sendiri, dan tentu saja badan intelijen Barat berkontribusi terhadap hal ini, dan badan intelijen Ukraina sendiri terkait langsung dengan hal ini,” ujar Bortnikov, lapor RIA Novosti, dikutip Rabu (27/3/2024).
“Para bandit itu bermaksud pergi ke luar negeri. Tepatnya ke wilayah Ukraina. Menurut informasi operasional awal kami, mereka diperkirakan berada di sana,” katanya lagi.
Hal ini menambah kuat pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin Senin malam. Berbicara dengan penegak hukum dan pejabat regional, Putin berpendapat bahwa kekejaman tersebut sesuai dengan pola tindakan yang dilakukan Kyiv.
“Kekejaman ini mungkin hanya merupakan bagian dari serangkaian upaya yang dilakukan oleh mereka yang telah memerangi negara kita sejak tahun 2014, dengan menggunakan rezim neo-Nazi Kiev sebagai tangan mereka,” kata Putin, seperti dikutip RT.
“Dan Nazi, seperti diketahui, tidak pernah ragu menggunakan cara paling kotor dan tidak manusiawi untuk mencapai tujuan mereka,” tambahnya.
Sebelumnya, hampir 140 orang tewas di gedung konser Balai Kota Crocus, Jumat. Ini terjadi ketika orang-orang bersenjata memasuki tempat tersebut dan melepaskan tembakan, serta membakar tempat tersebut.
ISIS kemudian mengaku bertanggung jawab. Namun Rusia dengan cepat menghubungkan Ukraina dengan kemarahan tersebut.
Pengakuan ISIS sebagai otak dibalik serangan maut Moskow didukung AS. Gedung Putih pun mengatakan kaim Rusia bahwa Ukraina terlibat sebagai ‘propaganda’.
Diketahui menurut aparat Rusia, para pelaku penyerangan mengaku dibayar untuk melakukan serangan 500.000 ruble (Rp 85 juta). Sebagian sudah ditransfer ke akun mereka, meski sebagian lagi belum.
(Sumber : cnbc)